ALAMAT REDAKSI

PO.Box 118 Temanggung 56200
JAWA TENGAH - INDONESIA
HP/SMS/WA.085228085470

CP: Pdt. HOSEA AGUS SUSANTO,S.Pd.K
Milikilah Iman Yang Mulia

Milikilah Iman Yang Mulia

No Comments
Oleh: Pdt.FZ. Assa Kisah Para Rasul 5 : 40 - 42 -- Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.Satu pengalaman yang sangat bertentangan/paradoks dengan keberadaan Petrus sebagai seorang yang diurapi oleh Roh Kudus, paradoksnya Roh Kudus mendemonstrasikan kuasaNya melalui hidup Petrus. Ananias dan Safira mati karena mereka mencoba membohongi Petrus dan Roh Kudus - tapi justru Petrus ditangkap lalu dipenjarakan sepertinya tidak ada pembelaan dari Tuhan. Ia tidak suntuk dan menyesal sekalipun disesah dan berada dalam ancaman ketika dilepaskan dari penjara. Rahasia iman yang dimiliki Petrus dan alasan mereka bergembira karena mereka dianggap layak menderita penghinaan karena Nama Yesus. Berangkat dari pengalaman itu Petrus kemudian jelaskan dalam II Petrus 1 : 1. Petrus menempatkan dirinya sejajar dengan orang percaya lainnya yang tersebar di berbagai tempat dan akan memperoleh iman yang mulia (precious faith). Keyakinan Petrus, kita pun akan memperoleh iman yang mulia bukan hanya memperoleh iman yang besar. Iman yang mulia tidak sama dengan iman yang besar (mereka akan mengalami pengalaman-pengalaman supranatural, mujizat akan terjadi, gunung bisa pindah). Tetapi iman yang mulia, sekalipun nyata-nyata mengalami penyertaan Tuhan tapi ketika Petrus ditangkap dan dibuang ke penjara ia tidak menyesal, tetap punya komitmen saya mau tetap dekat, taat dan setia kepada Yesus. I Tesalonika 1 : 2 - 8. Jemaat Tesalonika adalah jiwa-jiwa baru tapi mereka mengalami aniaya. Sekalipun dalam aniaya mereka tetap bertekun di dalam iman, kasih dan pengharapan kepada Tuhan sehingga mereka disebut jemaat teladan. Mereka yakin porsi mereka boleh dirampas oleh dunia tetapi Tuhan sediakan porsi mujizat dan Firman Allah yang mereka terima terus terdengar sampai ke seluruh dunia dan orang Kristen di seluruh dunia mendengar bagaimana hebatnya iman orang Tesalonika.Apa dan bagaimana iman yang mulia itu? Matius 17 : 20 hubungkan dengan Lukas 17 : 5 - 6. Iman yang mulia bukan iman yang besar. Iman yang besar akan Tuhan berikan kepada semua orang percaya. Dengan iman yang besar sekalipun kita mempunyai iman sekecil biji sesawi bisa mengerjakan pohon pindah ke laut. Seorang yang mau Tuhan didik agar ia memiliki iman yang mulia, ketika ia minta pohon untuk tercabut dan tenggelam di laut karena pohon itu selalu mengusik dan menyusahkan dia, pohon itu bukannya tercabut dan tenggelam di laut tapi pohon itu semakin besar. Tuhan ingin membentuk kita bukan hanya memiliki iman yang besar tapi Tuhan ingin temukan di akhir zaman kita memiliki iman yang mulia, sekalipun pohon tidak tercabut dan kita terusik olehnya tapi kita memiliki komitmen saya tetap mau mengasihi serta melayani Tuhan. Ada satu ketika anak Tuhan tidak dimanja, ketika ia minta agar gunung dipindahkan tapi justru gunung itu masih di sana, Tuhan ingin kita menjadi orang Kristen yang berkualitas/bermutu. Tuhan ingin membentuk kita sama halnya dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego, Tuhan latih mereka untuk memiliki iman yang mulia bukan hanya punya iman yang besar ketika berhadapan dengan dapur api mereka punya komitmen seandainya Tuhan tidak menolong, sekali-kali kami tidak meninggalkan Tuhan, kami mau tetap setia. Jadilah orang Kristen yang mempunyai iman yang mulia sekalipun Tuhan tidak menolong, sekalipun gunung tidak dipindahkan, sekalipun pohon tidak dicabut dari hadapan saya, saya mau tetap setia mengiring dan melayani Tuhan. Amin. (WJ GPdI Temanggung - 251107)
Rumah Tangga yang Diberkati

Rumah Tangga yang Diberkati

No Comments
Oleh: Pdt.Dr.Erastus Sabdono,M.Th Saudara-saudaraku yang terkasih, Hal berumah tangga adalah pokok penting yang sangat kita butuhkan. Sebab menurut catatan, angka perceraian semakin meningkat. Konon di dunia barat, dua dari tiga perkawinan mengalami perceraian. Saat ini tiga dari lima perkawinan mengalami perceraian. Lalu bagaimana dengan rumah tangga orang Kristen saat ini? Seharusnya hidup anak-anak Tuhan tidaklah seperti itu. Karena rumah tangga yang dibangun dari perkawinan itu, ternyata lahir dari inisiatif Allah sendiri. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan sebagai pria dan wanita. Dualitas manusia ini telah mengandung rencana Tuhan. Dalam Kej. 1:28 Alkitab mengatakan, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’” Ayat ini mengandung makna prokreasi, yang artinya Allah telah memercayakan manusia untuk menciptakan manusia-manusia lain. Ini adalah suatu hal yang luar biasa! Untuk itu Allah sangat mengharapkan sekali agar setiap anak Tuhan, baik pria maupun wanita dapat menghargai dan menghormati sebuah perkawinan dan rumah tangga. Dalam mengarungi lautan kehidupan ini, saya sadar betul bahwa bahtera rumah tangga kita tidaklah akan lepas dari badai dan gelombang-gelombang pencobaan. Untuk itu marilah kita memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab dalam Ef. 5:22-28 sebagai undang-undang perkawinan yang harus kita taati. Dalam ayat tersebut kita dapat melihat aturan main dalam rumah tangga Kristen. Dan aturan ini tidak dapat kita tawar-tawar. Aturan yang pertama, perkawinan itu adalah monogami. Tidak ada yang namanya pria atau wanita idaman lain. Kita sebagai umat Perjanjian Baru adalah anak-anak Tuhan yang dikembalikan kepada pola rumah tangga ideal seperti yang Allah kehendaki sejak Allah menciptakan manusia pada mulanya. Kejatuhan manusia dalam dosa membuat manusia tidak dapat mencapai standar kesucian Allah, juga dalam membangun rumah tangga yang ideal; sehingga kita menemukan umat Perjanjian Lama tidak memiliki pola hidup rumah tangga yang ideal. Tuhan tidak menuntut mereka, karena mereka tidak memiliki Roh Kudus seperti yang kita miliki. Mereka tidak memberi kebenaran seperti yang kita miliki. Ingat, yang diberi banyak, dituntut banyak; dan yang diberi sedikit, akan dituntut sedikit (Luk. 12:48). Standar hidup kita haruslah berbeda dengan standar hidup orang dunia. Aturan yang kedua, pernikahan Kristen adalah perkawinan yang antiperceraian. Hanya kematian yang dapat memisahkan pernikahan tersebut. Dalam kekristenan, kata “cerai” adalah kata yang paling pantang diucapkan oleh seorang suami atau istri. Apa pun kesalahan yang dilakukan oleh pasangan kita, Tuhan mengajarkan untuk mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kita. Aturan yang ketiga, istri tunduk kepada suami, dan suami harus mengasihi istrinya. Hal ini bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukanlah hal yang mustahil. Untuk itu, pasangan suami-istri harus tumbuh bersama di dalam pengenalan yang benar akan Tuhan. Suami dan istri harus berani untuk menyangkal diri setiap hari demi keutuhan keluarga dan demi kemuliaan Surga. SolaGracia.
MISKIN DIHADAPANNYA

MISKIN DIHADAPANNYA

1 comment
Oleh: Pdt. Dr.Erastus Sabdono.M.Th Saudara-saudaraku yang terkasih, Bila kita membaca kitab Kejadian 32:22-32, kita akan melihat kisah pergumulan antara Yakub dengan Allah. Pergumulan itu terjadi ketika Yakub sedang berada dalam puncak kesulitannya. Pada saat itu ia sedang bermasalah dengan Esau yang telah ia tipu. Dalam pergumulannya dengan Tuhan, sendi pangkal pahanya terpelecok karena dipukul. Apa yang kita dapat timba dari pengalaman Yakub ini? Kesombongan manusia berpijak pada sikap hatinya yang merasa mampu menopang dirinya dengan segala kemampuan yang ada padanya, sehingga ia merasa sering jatuh pada kesalahan seperti ini. Dan biasanya pula Tuhan memaksa mereka untuk mengalami apa yang pernah dialami oleh Yakub. Tuhan akan memukul pangkal pahanya untuk membuatnya tidak dapat berdiri tegak, dan pada saat itulah manusia akan menyadari bahwa ia adalah makhluk yang terbatas, dan mulai mengakui kebesaran Tuhan atas hidupnya. Dalam kisah Raja Nebukadnezar dalam kitab Daniel, kita akan melihat bahwa raja tersebut tidak lagi mengakui kebesaran Tuhan Semesta Alam sebagai yang Mahabesar karena ia sudah merasa besar. Padahal ia sudah menyaksikan sebelumnya lewat hikmat Daniel. Ia malah hanyut tenggelam dalam kesombongannya, dan Tuhan menjatuhkannya! (Dan. 4:24-25) Dalam cerita ini kita akan mengetahui bahwa ketika kita mencoba untuk berpaling kepada kekuatan di luar Tuhan dan merasa aman, di situ kita akan kurang mengakui atau tidak mengakui kebesaran-Nya. Dan Tuhan tidak akan tinggal diam. Ia akan meremukkan kita. Jadi percuma kita berkata kepada Tuhan bahwa Tuhan Mahabesar, kalau ternyata sikap hati kita tidak dapat membuktikan apa yang kita ucapkan. Sudah sedemikian hebatkah kita, sehingga kita berani hidup tanpa bergantung pada kekuatan Tuhan? Banyak contoh dalam Alkitab yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Tetapi pada prinsipnya kita menemukan bahwa Tuhan selalu menentang orang sombong dan mengasihi orang yang rendah hati. Alkitab dalam Yak. 4:6 mengatakan, “Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: ‘Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’” Inilah karakter Tuhan Semesata Alam yang harus kita kenali betul. Kita tidak bisa memperlakukan-Nya dengan semau kita, terlebih bila kita adalah kekasih-Nya yang telah coba-coba untuk berzina dalam hati dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Salah satu hal yang harus kita takuti dari Tuhan adalah kecemburuan-Nya. Dalam hal ini Tuhan ingin membentuk hati kita agar mau mengakui kebesaran-Nya dan bergantung penuh pada kekuatan-Nya. Sebab itu bagi Saudara yang sedang merasa kuat karena memiliki sesuatu, hati-hati! Janganlah Saudara coba-coba berlindung di balik uang, prestasi, gelar, karier dan reputasi yang Saudara miliki. Karena itu adalah perzinaan rohani, dan Tuhan akan meremukkan kita. Ia tidak mau kita terjerumus dan binasa, itulah mengapa Ia selalu cemburu terhadap hal-hal yang membuat kita tidak bergantung kepada-Nya. Kecemburuan Tuhan bukan berakar pada ego-Nya, melainkan berakar pada kasih-Nya. Ia tahu betul kita akan binasa bila tidak bergantung penuh pada-Nya. Tuhan cemburu karena Ia ingin menyelamatkan kita dari kebinasaan, bukan karena Ia iri atau tidak ingin melihat kita hidup senang. Akhirnya saya ingin mengajak Saudara untuk tetap merasa kecil dan miskin di hadapan Allah agar supaya benih-benih kesombongan tidak merajalela atas hidup kita, sehingga Allah dapat berdaulat penuh di dalam hidup kita. SolaGracia.